Berita

Berita

Rencana Besar Perkeretaapian Sumbar

10 April 2019

Sebagian besar proyek reaktivasi sudah dianggarkan pemerintah pusat dalam Restra 2018-2022. Jalur yang sudah pasti Simpang Haru-Nareh, yang baru diresmikan beberapa waktu lalu, dan Simpang Haru-Pulau Aie yang akan dikerjakan tahun ini. Kemudian dilanjutkan dengan Nareh-Sungai Limau dan Sawahlunto-Muaro Kalaban. Sementara untuk Kayu Tanam-Padang Panjang, masih proses penyusunan Feasibility Study (FS) dan Detail Engineering Desain (DED). (Heri Nofiardi—Kepala Dinas Perhubungan Sumbar)

 

 

PADANG, HARIANHALUAN.COM—Sebuah rencana besar telah disiapkan untuk reaktivasi jalur kereta api (KA) di Sumatera Barat. Ratusan kilometer jalur peninggalan Belanda yang membentang dari pantai barat hingga timur Sumbar itu bakal dihidupkan kembali. Setidaknya ada tiga jalur utama yang akan dihidupkan kembali ke arah selatan, utara, dan timur Sumbar, serta tiga cabang jalur ke arah selatan.

 

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sumbar, Heri Nofiardi, ditemui di kantornya pada Jumat (5/4) menerangkan, dimulai dari titik Stasiun Simpang Haru, jalur dihidupkan kembali menuju Stasiun Pulau Aie hingga penghabisan di Stasiun Muaro. Kemudian dari Simpang Haru juga ada jalur yang bersimpang di Bukit Putuih dan membentuk dua jalur, ke arah barat daya menuju Teluk Bayur, dan ke arah utara melewati Kampung Jua untuk berakhir di Indarung.

 

Selanjutnya, Stasiun Simpang Haru menuju arah utara, jalur KA bersimpang di Stasiun Duku. Dari sana, menuju arah timur kereta api akan dibawa hingga Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Lanjut ke arah utara yang kembali bersimpang di Lubuk Alung. Dari Lubuk Alung menuju barat daya, kereta api akan masuk jalur Pariaman-Nareh-Sungai Limau, hingga berakhir di Pelabuhan Pasaman.

 

"Sementara ke arah timur, dari Lubuk Alung akan terus ke Kayu Tanam, lalu Lembah Anai, dan berhenti di Padang Panjang. Di Padang Panjang, jalur KA akan kembali terbagi menjadi dua. Ke arah Bukittinggi, jalur KA akan berlanjut hingga Payakumbuh dan berakhir di Stasiun Limbanang," katanya.

 

Sedang ke arah berlawanan, ucap Heri, jalur KA akan memutari Danau Singkarak, melewati Sawahlunto, Solok, Muaro Kalaban, Padang Sibusuk, hingga Silokek. Dari sana, akan dibangun jalur pengumpan menuju Stasiun Logas, Riau. Stasiun Logas sendiri diproyeksikan sebagai salah satu jalur masuk KA Trans Sumatera yang merupakan rencana besar pemerintah lainnya.

 

"Jalur Trans Sumatera sendiri sebenarnya baru sebatas wacana. Jadi, belum akan direalisasikan dalam waktu dekat. Namun jika nantinya terealisasi, jalur ini bakal meng-coverwilayah Sumatra mulai utara hingga selatan. Mulai dari Aceh hingga Lampung," kata Heri.

 

Tahun ini, jalur Simpang Haru-Pulau Aie menjadi yang pertama direaktivasi. Pengerjaannya direncanakan dimulai Mei ini, dan ditargetkan tuntas pada akhir 2019. Sementara proyek lanjutan jalur Nareh-Sungai Limau kemungkinan besar akan dilaksanakan tahun depan.

 

"Sebagian besar proyek reaktivasi ini sudah dianggarkan oleh pemerintah pusat dalam Rencana Strategis (Restra) 2018-2022. Jalur yang sudah pasti itu Simpang Haru-Nareh, yang baru diresmikan beberapa waktu lalu, dan Simpang Haru-Pulau Aie, yang akan dikerjakan tahun ini. Kemudian dilanjutkan dengan Nareh-Sungai Limau dan Sawahlunto-Muaro Kalaban. Sementara untuk jalur Kayu Tanam-Padang Panjang, saat ini masih dalam proses penyusunanFeasibility Study (FS) dan Detail Engineering Desain (DED). Jadi belum masuk Restra," tuturnya.

 

Kendati demikian, untuk jalur Padang Panjang-Bukittinggi-Payakumbuh dan Muaro Kalaban-Silokek-Logas jalur shortcut Bukit Putuih-Solok justru telah masuk Restra. Namun, belum dapat dipastikan kapan pengerjaannya akan dimulai. Kemudian, ada pula jalur shortcut Bukit Putuih-Solok, yang saat ini masih sebatas wacana.

 

Heri mengatakan, khusus untuk jalur Kayu Tanam-Padang Panjang-Bukittinggi, nantinya akan menggunakan teknologi Metro Kapsul. Pada awalnya, pemerintah bermaksud menggunakan teknologi roda bergigi untuk mengatasi kemiringan ekstrim di sepanjang jalur Padang Panjang-Bukittinggi. Namun sayangnya, teknologi tersebut sudah tidak lagi diproduksi.

 

"Akhirnya diganti dengan Metro Kapsul yang menggunakan roda berbahan karet dan dapat beroperasi di kemiringan 10 persen. Stasiun pusat Metro Kapsul ini sendiri nantinya akan dibangun di Kayu Tanam," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang APP Dishub Sumbar, Wanri dalam kesempatan yang sama menuturkan, selain reaktivasi jalur KA, tahun ini juga akan ada renovasi dan pembangunan beberapa stasiun, seperti Stasiun Basko, Stasiun Alai, dan Stasiun Kayu Kalek. Di samping itu, seiring reaktivasi jalur Simpang Haru-Pulau Aie, pemerintah juga berencana merehabilitasi stasiun tua Pulau Aie tanpa menghilangkan unsur-unsur sejarahnya.

 

"Selain itu, kami juga berencana akan menutup perlintasan sebidang ilegal di sepanjang jalur Padang-Pariaman. Untuk itu, dari Pemko Padang sendiri ada rencana untuk membangun jalan kolektor di sepanjang rel, sehingga masyarakat tidak perlu lagi melintas di perlintasan sebidang. Tetapi seperti apa detailnya, masih perlu dibicarakan lagi dengan Pemko Padang," katanya.

 

Akan tetapi, di balik semua rencana tersebut, Wanri juga tidak menampik bahwa ada beberapa kendala yang mungkin menghambat proyek reaktivasi jalur KA ini. Salah satunya adalah masalah klasik yang sering muncul di Sumbar, yaitu masalah lahan. Meski demikian, ia berpendapat bahwa perkara lahan ini tidak akan terlalu memengaruhi proyek secara keseluruhan.

 

"Lahan di sepanjang jalur KA itu kan sejatinya milik PT KAI. Memang ada beberapa masyarakat yang telah mendirikan bangunan di atas lahan tersebut, tetapi mereka sebelumnya juga sudah terikat perjanjian dengan PT KAI. Di mana, ketika dibutuhkan, PT KAI bisa sewaktu-waktu mengambil kembali lahan tersebut. Jadi, nanti PT KAI hanya tinggal menertibkan saja. Kalau untuk reaktivasi saya kira tidak akan ada masalah. Beda halnya jika pembangunan jalur baru, seperti pembangunan jalur BIM. Nah, itu baru perlu ada pembebasan lahan," kata Wanri.

 

Masalah lain yang mungkin menghambat adalah yang sekaitan dengan pembangunan jalurshortcut Bukit Putuih-Solok. Hal ini lantaran jalur tersebut mesti menembus hutan lindung. "Sekali lagi, jalur shortcut itu baru sebatas dan mungkin belum akan dikerjakan dalam waktu dekat. Masih perlu kajian yang mendalam," ujar Wanri.

 

Namun begitu, pihaknya berharap proyek reaktivasi ini dapat berjalan lancar. Pasalnya, reaktivasi jalur KA merupakan solusi jitu dalam menanggulangi kemacetan yang terjadi di Sumbar.

 

"Kita ambil contoh jalan raya Padang-Bukittinggi. Jumlah kendaraan yang melewati jalur tersebut bisa mencapai 1.700 kendaraan per jam pada hari biasa dan 2.300 kendaraan per jam pada hari libur. Jika proyek reaktivasi ini rampung, maka tingkat kemacetan di Sumbar akan bisa ditekan," tuturnya. (h/mg-dan)

 

Sumber: https://www.harianhaluan.com/news/detail/73235/rencana-besar-kereta-api-sumbar/1



Berita Lainnya