Berita

Berita

Makin Banyak Infrastruktur untuk Indonesia

12 Juni 2019

Pada periode lima tahun pertamanya dari 2014, Jokowi, seorang mantan pengusaha mebel, mengembangkan 3.432 kilometer jalan raya, 947 kilometer jalan tol, 10 bandara baru dan 19 pelabuhan di negara terbesar Asia Tenggara ini. Jalan raya ini bisa menciptakan kesempatan baru bagi komunitas pedesaan, dengan harga tanah diharapkan akan naik, dan mendorong pebisnis untuk membuka gerai-gerai di tepi jalan, bengkel, atau motel-motel.

 

Oleh: Linda Yulisman (The Straits Times)

 

Jalan raya Trans-Jawa da Trans-Sumatra diperkirakan akan selesai pada periode kedua Jokowi, yang akan memangkas waktu perjalanan dan membuka lowongan kerja baru di dua pulau utama Indonesia. Pihak berwenang mengatakan, jalan-jalan ini adalah bagian dari hamparan proyek-proyek masa depan Jokowi, dan seperti periode pertamanya Jokowi akan tetap fokus pada infrastruktur. Hal ini termasuk membangun pelabuhan, bandara, bendungan, dan pembangkit tenaga listrik baru untuk mempertahankan kestabilan ekonomi dalam lima tahun ke depan.

 

Jalan raya Trans-Jawa akan membentang dan menghubungakan pelabuhan Merak—yang terletak di titik paling barat pulau Jawa—ke Prabolinggo dan Banyuwangi di Jawa Timur, dan ditargetkan selesai tahun depan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.

 

Biasanya, perjalanan dari Merak ke Banyuwangi membutuhkan waktu 20 jam. Jalan raya baru ini akan memangkasnya menjadi 15 jam.

Sekitar 964 kilometer jalan raya Trans-Jawa telah diselesaikan pada bulan April, membantu perjalanan mudik warga Indonesia menjadi lebih lancar di Hari Raya Idulfitri minggu lalu. Dengan lebih dari setengah total penduduk Indonesia—yang berjumlah 260 juta jiwa—tinggal di Pulau Jawa, jalan raya ini bisa menciptakan kesempatan baru bagi komunitas pedesaan, dengan harga tanah diharapkan akan naik, dan mendorong pebisnis untuk membuka gerai-gerai di tepi jalan, bengkel, atau motel-motel.

 

Di pulau tetangga, Sumatra, jalan tol pertama yang menghubungkan provinsi Aceh di utara dengan Lampung di selatan akan membentang sepanjang 2.000 kilometer. Sekitar 300 kilometer jalan raya Trans-Sumatra ini sudah selesai. Begitu selesai, perjalanan dari ibu kota Aceh, Banda Aceh, ke Bakauheni, kota pantai di Lampung, akan membutuhkan waktu tidak sampai satu hari, memangkas banyak jam dari perjalanan biasanya.

 

“Presiden telah memberi kami target yang harus diselesaikan (jalan-jalan tol Trans-Sumatra) pada tahun 2024,” ujar Menteri Basuki ke The Sunday Times.

Pada periode lima tahun pertamanya dari 2014, Jokowi, seorang mantan pengusaha mebel, mengembangkan 3.432 kilometer jalan raya, 947 kilometer jalan tol, 10 bandara baru dan 19 pelabuhan di negara terbesar Asia Tenggara ini, menurut data dari Kantor Staf Kepresidenan.

 

Dana sekitar 4.700 triliun rupiah telah dicurahkan untuk proyek-proyek ini, yang termasuk jalur MRT pertama di Jakarta, dan LRT pertama di Palembang, ibu kota Sumatra Selatan. Ketua Badan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Bloomberg, ada daftar proyek senilai 5.957 triliun rupiah yang diajukan untuk periode 2020-2024, untuk disetujui oleh Presiden, yang akan dilantik untuk periode keduanya pada bulan Oktober 2019.

 

Basuki mengatakan, jalan tol lain juga akan dibangun untuk mendukung pusat-pusat ekonomi yang sedang berkembang, seperti dari kota Balikpapan ke Bontang di provinsi Kalimantan Timur.

 

Menteri Transportasi Budi Karya Sumadi mengatakan, rel kereta cepat yang akan menghubungkan Jakarta ke Bandung diharapkan akan selesai pada tahun 2021. “Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sedang dikerjakan. Pengambilalihan lahan dilakukan sedikit demi sedikit,” ujarnya. Rel ini akan memangkas waktu perjalanan menjadi 40 menit, dari sekitar tiga jam saat ini.

 

Proyek kereta cepat lainnya, yang akan menghubungan Jakarta dengan ibu kota Jawa Timur, Surabaya, diharapkan akan dimulai tahun depan, ujar Menteri Budi.

 

“Prioritasnya adalah untuk memaksimalkan proyek-proyek yang akan mendorong ekonomi daerah. Pertanyaannya adalah apakah pusat ekonomi baru atau pusat industri baru akan bermunculan setelah infrastrukturnya siap,” ujar Dr. Muhammad Faisal, direktur eksekutif dari Pusat Reformasi Ekonomi Indonesia. “Contohnya, apakah jalan tol di Surabaya bisa mendukung komplek-komplek industri dan wisata di kota-kota yang dilewati oleh pengendara kendaraan bermotor?”

 

 

Sumber: https://www.matamatapolitik.com/in-depth-makin-banyak-jalan-bendungan-dan-pembangkit-tenaga-listrik-untuk-indonesia/

 



Berita Lainnya