News

News

Dutch Indonesian Railway Seminar in the City of Delft, Netherlands

19 September 2018

Tepat pada Hari Perhubungan Nasional, 17 September lalu, digelar seminar perkeretaapian Indonesia Belanda dengan tema Kebangkitan Perkeretaapian Indonesia. Simak catatan dari Ir Widoyoko MSc, profesional dan penggiat sejarah perkeretaapian Indonesia untuk Anda, langsung dari Delft, Belanda:

 

Pemerintah Indonesia kini menaruh perhatian besar terhadap kemajuan perkeretaapian di Tanah Air. Selain pembangunan jalur kereta api, juga dilakukan berbagai kegiatan dan kerjasama yang dapat menggugah minat mahasiswa Indonesia di Belanda dan Eropa pada umumnya, serta meningkatkan kerjasama perkeretaapian antara Indonesia-Belanda. 

Salah satunya dengan menggelar kerjasama berupa seminar yang diprakarsai oleh organisasi profesional seperti MASKA (Masyarakat Perkeretaapian Indonesia) dan ITF (Indonesia Transportation Forum), menggandeng Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Delft. Seminar bertema Kebangkitan Perkeretaapian Indonesia ini didukung penuh oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag serta disponsori oleh perusahaan Indonesia seperti PT LEN, PT INKA dan perusahan Belanda lainnya.

 

Setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya selesai berkumandang, seminar Perkeretaapian Indonesia Belanda dibuka oleh perwakilan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, Fikry Cassidy dan diberi keynote(rekaman) oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Selain mahasiswa, yang hadir tampak para pejabat dari Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN, Direksi PT LEN dan PT LRS Bandung, serta para professional dan akademisi dari Indonesia dan Belanda. 

 

Perhatian Besar Pemerintah Indonesia pada Perkeretaapian

Sejarah mencatat, Belanda telah berjasa memperkenalkan dan membangun sistem perkeretaapian di Indonesia. Walaupun pada awalnya sistem perkeretaapian dibuat untuk mengangkut hasil bumi dari pedalaman ke pelabuhan, namun pada ahirnya kereta api juga dimanfaatkan untuk transportasi penumpang antarkota dan di dalam kota, terutama di Pulau Jawa. Bermodalkan sarana dan prasarana yang umunnya dibuat oleh industri perkeretaapian di Belanda dan Jerman itu, sistem perkeretaapian di Indonesia termasuk yang paling effisien di dunia pada zaman sebelum meletus Perang Dunia II.

 

Pasca Kemerdekaan, kerjasama Indonesia dan Belanda dalam pengembangan perkeretaapian berlangsung baik. Di abad lalu, misalnya pada 1950 -1960, banyak pakar perkeretaapian Belanda yang turut membantu modernisasi perkeretaapian Indonesia yang hancur akibat perang. Transfer teknologi dilakukan, dengan mendidik pegawai Djawatan Kereta Api (DKA) dan mendirikan Sekolah Ahli Teknik Perkeretaapian/ Akademi Perkeretaapian. Tujuannya, agar bangsa Indonesia dapat mengelola perusahaan perkeretaapian yang modern. Ir. R.A.D. Loven tercatat sebagai tokoh yang diangkat menjadi Guru Besar Teknik Perkeretaapian di Universitas Indonesia di Bandung (sekarang ITB Bandung).

 

Jelang akhir Abad 20, di awal 1980, industri Perkeretaapian di Belanda banyak yang gulung tikar. Sebut saja, pabrik sarana kereta api yang besar seperti Werkspoor dan Beijnes yang dulu banyak mengekspor lokomotif dan kereta ke Indonesia. 

 

Sebaliknya, Indonesia justru mulai bangkit dengan didirikannya PT INKA oleh Prof. B.J. Habibie. Pada 1990 kembali dilakukan kerjasama dengan Belanda dalam merancang bangun kereta rel listrik. Di antaranya, dengan memberikan pengalaman kepada insinyur Indonesia, terutama dari PT INKA dan LEN, yang banyak terlibat dalam kerjasama pengembangan kereta rel listrik yang kemudian dinamakan KRL HOLEC, dan dinamakan KRL-I dan KRD-I. 

     

Pada Abad ke-21 ini, walaupun kejayaan industri perkeretapian di Negeri Kincir Angin tinggal sejarah. Namun Belanda tetap tergolong maju dalam hal perkeretaapian. Inovasi dan penelitian di bidang perkeretaapian masih tetap unggul. Misalnya, riset tentang Rolling Contact Fatigue oleh Universitas Teknik Delft, termasuk nomor tiga terbaik di dunia. Banyak alasan untuk menjalin kerjasama antara Indonesia-Belanda di bidang perkeretaapian. Salah satunya dengan menggelar seminar perkeretaapian.

 

Sesi Pagi Presentasi dari Indonesia 

Seminar perkeretaapian Indonesia Belanda digelar secara maraton, terdiri dari dua sesi. Empat pembicara dari Indonesia memberi presentasi di sesi pertama pada pagi hari. Ketua MASKA, Hermanto Dwiatmoko, mengawali presentasi, tentang penelitiannya menyangkut dampak pengembangan perkeretaapian terhadap pertumbuhan perekonomian nasional dan lapangan kerja. 

Presentasi Sesi Pertama dari Indonesia.

Dilanjutkan kemudian presentasi Satya Heragandi selaku Komisaris Utama PT LRT Jakarta tentang pengalamannya dalam proses pembangunan proyek LRT pertama di Jakarta. Banyak tantangan yang dihadapi mengingat tidak satu pun yang memiliki pengalaman dalam membangun prasarana dan operasi LRT di Indonesia. 

 

Disusul berikutnya oleh Direktur Operasional PT LEN, Linus Andor Maulana Sijabat. Tema presentasi tentang kemampuan PT LEN secara umum dan khusus dalam merancang dan membangun berbagai fasilitas infrastruktur transportasi, termasuk perkeretaapian.

 

Presentasi sesi pertama ditutup dari Indonesia oleh Sugihardjo yang menjabat sebagai Kepala Research and Development (R&D) Kementerian Perhubungan. Beliau memaparkan peran R&D di Kemenhub dalam proses pengembangan perkeretaapian di Indonesia. 

 

Sesi Siang Presentasi dari Belanda

Presentasi sesi siang, setelah istirahat, diberikan oleh pihak Belanda. Diawali dengan presentasi Prof. Rolf Dolevoet, Guru Besar Teknik Perkeretaapian di Universitas Teknik Delft. Beliau memaparkan tentang bidang studi Railway Engineering di Universitas Teknik Delft dan apa yang membuat studi ini menarik.

 

Saat ini tidak ada satu pun mahasiswa Indonesia yang mengambil bidang studi tersebut di kampusnya. Mahasiswa asing yang belajar pada bidang studi Railway Engineering umumnya datang dari China. Karena itu Atase Perhubungank KBRI sedang menjajaki kemungkinan kerjasama untuk meningkatan SDM pada Kementerian Perhubungan.     

Sesi Kedua dari Belanda, dengan Widoyoko sebagai moderator.  

Presentasi selanjutnya diberikan oleh Prof. DR. Leo van Dongen, Kepala bidang teknologi Nederlandse Spoorwegen (NS) dan juga menjabat sebagai profesor  di bidang maintenance engineering di Universitas Twente. Presentasinya berjudul Rolling Stock Performance Management yang membahas pentingnya perawatan sarana KA agar tetap andal dan layak untuk dioperasikan. 

 

Presentasi berikutnya diberikan oleh Ketua Holland Rail Industry (HRI), Erno Chevalier, menyampaikan profil organisasi dan perannya saat ini untuk memajukan industri Perkeretaapian Belanda dan meningkatan kerjasama internasional.

 

Presentasi terahir diberikan oleh Dipl.Ing. Wolfgang D Richter yang membahas sejarah perkembangan, kelebihan dan kekurangan berbagai jenis rancangan kendaraan trem lantai tinggi hingga lantai rendah. Beliau sendiri pernah terlibat dalam perancangan berbagai kendaraan rel, baik untuk kecepatan tinggi atau kecepatan rendah. 

 

Sebagian dari Delegasi Indonesia, Kementerian Perhubungan, MASKA, dan PT LEN

Acara ditutup oleh Ketua MASKA Hermanto Dwiatmoko dengan pemberian kenang-kenangan untuk semua pembicara. Selanjutnya dilakukan sesi foto untuk semua hadirin. Seminar ditutup secara resmi, lalu bagi peserta yang berminat diberi kesempatan untuk kunjungan ke laboratorium Railway Engineering di Universitas Teknik Delft. 

 

Dari presentasi maraton tersebut diharapkan akan memicu ketertarikan mahasiswa dan pihak pengusaha Belanda untuk ambil bagian dalam proses pembangunan yang semakin giat di sektor perkeretaapian Indonesia. Para mahasiswa diharapkan selesai kuliah akan kembali ke Tanah Air dan turut membangun sektor perkeretaapian. Peluang dan lapangan kerja di bidang perkeretaapian masih terbuka lebar. Peran serta perusahaan dan institusi Perkeretaapian Belanda juga sangat diharapkan untuk membangun kembali kejayaan perkeretaapian seperti di masa lalu. 

 

Sebagai catatan singkat, PPI Delft adalah salah satu cabang organisasi mahasiswa Indonesia yang tersebar di berbagai kota pelajar di Belanda. Kegiatan organisasi meliputi budaya, olahraga atau ilmu pengetahuan, seperti seminar perkeretaapian kali ini yang diketuai oleh Yosep Panji Hario Wicaksono.  

 

Adapun MASKA sebuah organisasi para professional perkeretaapian di Indonesia yang berkedudukan di Jakarta dengan cabang di Bandung, Yogyakarta dan Surabaya. Didirikan oleh para wartawan pada 1993 sebagai organisasi pencinta kereta api, namun pada perjalanannya pada 2016 mengalami reorganisasi total dengan visi dan misi yang lebih luas, mencangkup pendidikan, konsultasi, penelitian dan pengembangan, dan kegiatan lainnya dalam perkeretaapan. Kini MASKA dipimpin oleh Dr. Ir. Hermanto Dwiatmoko MSTR IPU. 

 

Adapun Indonesia Transportation Forum (ITF) adalah organisasi para profesional perkeretaapian di Belanda, yang memiliki hubungan emosional dan ketertarikan dengan perkembangan perkeretaapian di Indonesia. ITF berkedudukan di Amsterdam, dan memiliki slogan Sharing Knowledge and Experiences. Kegiatan ITF beberapa kali mengorganisasikan seminar dan kuliah umum di berbagai universitas terkemuka di Indonesia dan menjembatani antara profesional Indonesia dan Belanda. Saat ini ITF dipimpin oleh Ir. Widoyoko MSc. (*) 



Other News