Berita

Berita

Rekayasa Jadi Opsi

12 April 2019

Jakarta, KOMPAS – Rekayasa teknik menjadi pilihan operator PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dalam mengatasi gangguan kereta listrik. Langkah ini diambil menyusul sejumlah keterbatasan, seperti ketersediaan suku cadang di negara pembuat kereta listrik.

 

Sepanjang 2019, sekitar 85 dari 171 gangguan perjalanan Kereta Rel Listrik (KRL) disebabkan kerusakan pada kereta atau sarana.

 

Direktur Teknik Pemeliharaan PT KCI John Roberto Tuman, pada Rabu (10/4/2019), mengatakan, pihaknya menggandeng perusahaan kereta api asal Jepang, yakni JR East dan Tokyo Metro, dalam upaya perawatan dan perbaikan KRL.

 

Hampir semua dari total 956 unit kereta listrik yang beroperasi di Jabodetabek, Cikarang, dan Rangkasbitung saat ini merupakan kereta bekas yang dibeli dari operator kereta di Jepang. Seri kereta itu umumnya seri lawas yang digantikan seri terbaru di Jepang.

 

“Kereta itu kami beli dari Jepang. Usia kereta (saat dibeli) di atas 25 tahun. Di sana kereta usia 25 tahun sudah pensiun. Nah, kereta itu yang kami beli. Saat ini, KRL produksi tahun 1985 dan 1993 masih beroperasi di Indonesia,” kata John.

 

Beberapa kali gangguan pada KRL akhir-akhir ini terjadi pada komponen elektrik kereta.

 

Adapun proses penggantian KRL tidak mudah mengingat pebrik di Jepang sudah tidak memproduksi suku cadang kereta lantaran kereta itu termasuk seri lawas.

P KCI juga bekerja sama dengan salah satu pabrik di Cina untuk merekayasa suku cadang dengan fungsi yang sama dengan suku cadang dari Jepang. Menurut John, jika rekayasa ini berhasil, kerusakan kereta bisa diatasi.

 

Direktur Utama PT KCI Wiwik Widayanti mengatakan, tahun ini menurut rencana ada penambahan 192 unit KRL dari Jepang dan pada 2020 sebanyak 96 unit. Selain itu ada penambahan perjalanan KRL dari 938 menjadi 980 perjalanan per hari.

 

Sumber: Harian Kompas 11 April 2019, halaman 21.



Berita Lainnya